Nadhoman Sunda menjadi salah satu media yang biasa digunakan oleh para ulama untuk mensyiarkan Islam kepada masyarakat. Lantunan-lantunannya yang berisi tentang shalawaat kepada Nabi Muhammad SAW, nasihat, pelajaran agama, dan doa-doa begitu nikmat dinyanyikan dan didengarkan sehingga isi dari nadhoman tersebut bisa melekat di hati orang yang mendengarkannya. Apalagi jika nadoman tersebut dikemas sedemikian rupa dan diracik sehingga diminati dan digandrungi kaula muda.
Hal ini sebagai upaya untuk menanamkan aqidah, syariah dan akhlak yang baik kepada mereka. Seperti Allahu al-Kafi yang saat ini banyak kita dengarkan di berbagai mushala, langgar, dan masjid yang dilantunkan oleh anak-anak dan kawula muda.
Sebagai tanggapan dari ramainya perbincangan tentang miras, pengurus bidang Ta’Lif Wa An-Nasyr Pimpinan Cabang Jamiyyatul Qurra Wal Hafidz Kota Tasikmalaya, Kiai Fajri M. Ibrahim menanggapinya dalam sebuah nadhoman berbahasa Sunda.
Meskipun Perpres Miras sudah dicabut, saya mengapreasiasi penulis sebagai upaya melanjutkan kreasi dakwah yang lain yang dilakukan ulama berbasis kearifan lokal. Selain menggunakan bahasa Sunda, nadhom ini juga memuat hadis berbahasa Arab yang ditulis dengan hurf Arab pegon
Nadhom tentang khamar ini ia ditulis berdasarkan interpertasi makna (dzauq) penulis yang diambil dari kitab Bukhari, sebuah kitab hadits yang dipakai rujukan utama setelah Al-Qur’an, sebagaimana penulis jelaskan dalam baitnya:
Di kitab shoheh bukhori
Aya hadis anu katampi
Abu Malik Al-Asy’ari
Nerangkeun pidawuh nabi
Bakal datang umat kami
Ngahalalkeun opat rupi
Zina sareng sutra murni
Arak reujeung alat nyanyi
Selanjutnya, penulis nadhom ini menuliskan tentang hadtis Nabi Muhammad SAW yang menerangkan tentang akan adanya golongan yang menghalalkan 4 perkara, yaitu: perzinaan, menggunakan sutra, meminum arak, dan alat musik. Berikut teks hadits mengenai hal tersebut:
“Akan datang pada umatku segolongan kaum yang menghalalkan zina, sutra (bagi lelaki), khamr (arak) dan alat musik. Dan sungguh akan menetap beberapa kaum di sisi gunung dimana para pengembala akan datang kepada mereka dengan membawa gembalaannya. Kemudian datang kepada mereka (si fakir) untuk sebuah keperluan, lalu mereka berkata: ‘Kembalilah kepada kami esok hari’. Kemudian Allah membinasakan mereka pada malam hari, menghancurkan gunung dan merubah sebagian mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat”. (HR. Bukhari)
[Jabar NU]
Discussion about this post