MEDIASANTRI – Sebagian orang pasti sudah kenal dengan Jenderal TNI Leonardus Benyamin Moerdani, atau L.B. Moerdani, atau kerap disebut Benny Moerdani, beliau adalah salah satu tokoh militer Indonesia paling berpengaruh pada era Orde Baru. Benny Moerdani dikenal sebagai perwira TNI yang banyak berkecimpung di dunia intelijen, sehingga sosoknya banyak dianggap misterius.
Mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Leonardus Benyamin Moerdani diketahui beragama katolik, namun hal yang mengejutkan beliau diakhir hayatnya berpesan kepada orang terdekatnya agar dibacakan kalimat syahadat ketika menghembuskan nafas terakhirnya dan ia ingin diperlakukan layaknya seorang muslim ketika meninggal dunia.
Bukan hanya itu, ia juga meminta untuk dibacakan surat Yasin seperti pada umumnya ketika seorang muslim meninggal.
Dikutip dari berbagai sumber media, wasiat Benny tersebut tentu mengagetkan karena selama menjabat sebagai Panglima ABRI di era Presiden Soeharto, Benny mendapat banyak label negatif. Dia dicap pembenci Islam, anti Islam, hingga musuh Islam pada masa itu.
Dalam buku berjudul “Belajar Uji Nyali Dari Benny Moerdani, Dia Tidak Bisa Dibeli Dengan Uang” yang dikutip Senin (14/11/2022), Benny menyampaikan wasiat itu kepada sahabatnya seorang muslim berdarah Aceh, Adnan Ganto ketika berziarah ke makam orang tua Benny di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1980-an. Adnan merupakan penasihat ekonomi Benny saat menjadi Menteri Pertahanan.
Diceritakan bahwa setelah mendapatkan pesan dari Benny, Adnan bertandang ke rumah Benny di Simprug, Jakarta Selatan sebulan kemudian. Adnan dan istrinya Agustina, tak mau jika pesan tersebut hanya didengarnya sendiri.
Adnan meminta izin untuk menyampaikan pesan Benny ke istrinya, Hartini. Adnan lalu menyampaikan pesan Benny yang minta dimakamkan secara Islam kepada Hartini.
“Kalau memang itu yang dipesankan, ya silakan dilaksanakan,” jawab Hartini merespons permintaan Benny kepada Adnan dalam buku biografi Adnan Ganto yang terbit 2017 lalu.
Benny juga memberikan pesan tambahan kepada Adnan dan istrinya. “Kalau saya dikafani secara Islam, kamu baca Yasin. Kalau Tina ada, dia baca syahadat 25 kali,” pesan Benny.
Pria yang pernah menjabat Pangkopkamtib ini mengembuskan napas terakhirnya pada 29 Agustus 2004. Adnan dan istrinya membacakan sendiri Yasin dan syahadat di kamar Benny saat-saat terakhir dirawat di RSPAD.
Adnan dan istrinya terus membacakan syahadat di telinga Benny hingga akhirnya dipanggil menghadap Allah SWT. Dia juga dikafani dan dimandikan secara Islam. Proses pemakaman untuk jenderal pemberani ini dilakukan layaknya kepada jenazah seorang muslim. Persis sesuai pesan yang disampaikan Benny kepada Adnan Gananto.
Latar belakang keluarga Benny sebenarnya dekat dengan Islam. Ayahnya Raden Bagus Moerdani Sosrodirjo, orang Jawa beragama Islam yang pindah ke Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Raden Moerdani seorang guru agama Islam dan seorang haji. Dia juga tercatat sebagai keturunan ketujuh Kanjeng Datuk Kiai Suleman, pengajar Islam dan kepala desa di Sumbawa.
Anggapan Benny pembenci Islam sedikit memudar karena kedekatannya dengan sejumlah pemimpin pondok pesantren. Salah satunya dengan Kiai Asyaad. Benny memperlakukan pemimpin salah satu pesantren di Jawa Timur tersebut bukan hanya sebagai tamu, melainkan juga sebagai guru dan sahabat.
Dalam berbagai kesempatan, mereka tidak segan tertawa terbahak-bahak berdua. Berdikusi selama berjam-jam. Mulai dari posisi duduk sampai tidur-tiduran.
Selama kurun waktu 1983-1992, keakrabannya dengan sejumlah kiai dan pesantren dapat dilihat secara nyata oleh orang-orang dekatnya, terutama anak buahnya. Namun, Benny memang tidak pernah mau berkoar-koar tentang kegiatannya tersebut kepada media massa.
Pada rentang waktu itu, Benny sangat sering memberikan bantuan materi untuk pembangunan pesantren dan masjid. Termasuk pesantren yang dipimpin Kiai Asyaad di Situbondo.
Discussion about this post