SANTRI.MEDIAJABAR.COM – Selain memberikan banyak nasihat yang khas, almarhum KH Qusyaeri, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhlash Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon juga memberikan larangan-larangan kepada santrinya.
Mama Qusyaeri, demikian ia sering disapa oleh para santrinya, sebagaimana dijelaskan dalam skripsi berjudul Perjuangan KH Qusyaeri dalam Pengembangan Pondok Pesantren Al-Ikhlash Kanggraksan Kota Cirebon yang ditulis Syahri Nugraha pada tahun 2014, mengungkapkan larangan-larangan tersebut, yaitu
1. Tidak boleh keluar malam
Prinsip KH Qusyaeri dalam memberi larangan tidak boleh keluar malam kepada para santrinya dengan tujuan agar para santrinya bisa mengikuti kegiatan yang ada di pondok dan menjaga fitnah dari pandangan masyarakat serta menjaga nama baik almamater Pesantren Al-Ikhlash.
Artinya, budaya keluar malam baik itu di lingkungan pesantren maupun lingkungan masyarakat itu adalah perbuatan yang buruk, karena dapat menimbulkan fitnah.
Di antaranya bisa menimbulkan keresahan bagi warga atau kecurigaan warga sekitar terhadap terjadinya pencurian.
2. Jangan main bola di tanah orang
KH Qusyaeri melarang para santrinya untuk bermain bola di tanah orang, karena menggunakan fasilitas yang bukan hak milik sendiri itu merupakan tindakan yang tidak baik atau buruk.
3. Jangan sering pulang.
Menuntut ilmu tidak boleh sering pulang ke kampung halaman. Hal ini karena hanya akan menimbulkan perasaan tidak betah tinggal di pesantren. Selain itu, santri juga akan ketinggalan materi pengajian pesantren, sehingga ketika lulus dari pesantren itu belum bisa menguasai ilmu agamanya secara sempurna.
Jikalau santri menginginkan ilmunya berhasil dan berkah maka ia jangan sering pulang. KH Qusyaeri berpendapat bahwa jikalau sering pulang itu akan mengakibatkan susahnya mengejar materi yang ditinggalkan serta daya tangkap untuk menyerap ilmu menjadi berkurang.
4. Melakasanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya
Dalam skripsi yang ditulis oleh muridnya tersebut, diungkapkan bahwa orang yang mencari ilmu, dan ingin mendapatkan ilmu yang barokah harus melaksanakan semua perintah Allah yang wajib, sunnah, dan menjauhi larangan-Nya baik yang haram ataupun makruh.
Atas dasar realitas yang demikian itumaka wajib bagi penuntut ilmu. Mama Qusyaeri menegaskan jika ingin mendapatkan ilmu yang barokah harus selalu beribadah kepada Allah. Yakni, dengan melakasanakan semua perintah Allah yang wajib, sunnah dan menjauhi larangan-Nya baik yang haram ataupun makruh. Artinya, KH Qusyaeri menyuruh para santri untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
KH Qusyaeri atau Mama Qusyaeri, lahir pada tanggal 29 Oktober 1936 M di Desa Kepompongan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Mama Qusyaeri terlahir dari pasangan Nyai Hj Habibah dan Bapak Kastari. Selama mondok di beberapa pesantren termasuk salah satunya di Pondok Pesantren Al-Ikhash Kanggraksan, ia mendapatkan kepercayaan yang begitu besar dari kiainya. Bahkan kepercayaan yang dimilikinya akhirnya mengantarkannya menjadi menantu KH Abdul Shomad (Mama Makdum). Status perkawinannya dengan Putri Mama Makdum yaitu Nyai Hj Maemanah ini mengangkatnya sebagai calon penerus kepemimpinan pesantren. Setelah Mama Makdum wafat, KH Qusyaeri diangkat sebagai pengasuh pesantren menggantikan Almarhum Mama Makdum.
Sosok Mama Qusyaeri ini adalah figur kiai atau dai yang sederhana dan kharismatik. Selain sebagai pembaharu dan sekaligus pendakwah, fatwa-fatwa yang dikemukakannya selalu didengar baik oleh santri ataupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu KH Qusyaeri bisa dikatakan kiai yang memiliki karismatik setelah KH Makdum mertuanya.
Pondok Pesantren Al-Ikhlash yang ditinggalkannya, terletak di Kanggrakan Gang Curug RT/RW 03/11 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
Pesantren ini terletak kurang lebih lima menit dari Kampus Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon. Saat ini Pesantren Al-Ikhlash Kanggraksan diasuh oleh putranya, Ustadz Haris Usman Hakim. Para santri saat ini merupakan mahasiswa dan mahasiswi.
[nuonline].
Discussion about this post