SANTRI.MEDIAJABAR.COM, BANDUNG – Dalam waktu belakangan ini, banyak pertanyaan yang mulai muncul dan sering dibahas: apakah pesantren benar-benar merupakan institusi pendidikan yang aman? Pertanyaan ini tidak berasal dari keinginan untuk mencurigai atau merusak reputasi pesantren, tetapi muncul dari rasa khawatir terhadap sejumlah peristiwa yang telah menjadi sorotan publik—seperti kasus pemerkosaan oleh oknum pengajar, bullying antar santri, hingga masalah penyimpangan seksual seperti LGBT yang timbul di lingkungan yang seharusnya tertutup dan memiliki nilai-nilai religius.
Pesantren selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan nilai-nilai moral, disiplin, serta penguatan spiritual. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa simbol religius tidak selalu menjamin perlindungan penuh bagi para peserta didik. Banyak orang tua mulai merasa ragu untuk mengirim anak mereka ke pesantren, bukan karena menolak prinsip-prinsip Islam, tetapi karena khawatir anak mereka mungkin mengalami kekerasan yang tertutupi oleh alasan ketaatan dan tradisi hierarki.
Penting untuk ditekankan bahwa tidak semua pesantren memiliki masalah, dan masih ada banyak pesantren yang mendidik dengan kasih sayang, keterbukaan, dan budi pekerti yang baik. Namun, kasus-kasus yang muncul tidak boleh diabaikan atau dianggap cuma “oknum”, terutama jika terus terjadi tanpa ada perbaikan yang menyeluruh.
Dalam pandangan Islam, pendidikan adalah tanggung jawab besar yang menyangkut keselamatan fisik, mental, dan spiritual. Oleh karena itu, pesantren seharusnya menjadi tempat yang tidak hanya menanamkan pengetahuan agama, tetapi juga melindungi kehormatan dan keselamatan santri secara menyeluruh. Perlu dilakukan evaluasi terbuka terhadap sistem pengawasan internal, transparansi dalam penyelesaian isu, serta menyediakan saluran pengaduan yang aman untuk santri.
Negara dan masyarakat juga memiliki peranan penting untuk memastikan bahwa institusi pendidikan berbasis agama tidak menjadi tempat yang anti kritik. Keamanan dalam pendidikan tidak hanya diukur dari suasana khusyuk saat beribadah secara bersama-sama atau kegiatan pengajian berkala, tetapi juga dari sejauh mana lembaga mampu memastikan bahwa tidak ada kekerasan yang disembunyikan. Pesantren yang baik bukan hanya yang mencetak santri yang pintar dalam agama, tetapi juga yang menciptakan rasa aman, kepercayaan diri, dan nilai-nilai kemanusiaan yang sangat dihargai dalam ajaran Islam. (Lupita Dewi)
Discussion about this post