SANTRI.MEDIAJABAR.COM, JOMBANG – Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz, meminta para santri di seluruh Indonesia menyiapkan diri menuju kejayaan Indonesia yang direncanakan terwujud di usia 100 tahun Indonesia merdeka yakni pada 2045.
Selain diprediksi akan terjadi bonus demografi dengan surplusnya jumlah angkatan kerja usia produktif. Jumlah santri di Tanah Air akan mencapai jutaan di masa itu.
Peran sentral santri, kata Gus Kikin, pada masa perjuangan kemerdekaan pun sangat signifikan. Maka seharusnya, para santri saat ini harus berjuang mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya.
Gus Kikin menekankan bahwa umat Islam dapat berhasil memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, selain karena jumlah mereka tersebar di seluruh pelosok negeri, tapi juga karena mereka bersatu, sehingga membentuk satu kekuatan yang sangat kuat.
Dia menjelaskan, dalam catatan Jepang pada 1942, jumlah ulama yang tersebar pulau Jawa dari Pesantren Tebuireng saja mencapai 25 orang. Mereka semua adalah buah kaderisasi KH Hasyim Asy’ari. Belum lagi pesantren-pesantren yang sudah berdiri sejak abad ke-18.
Gus Kikin mengatakan, peran KH Hasyim Asy’ari dalam kemerdekaan Indonesia harus menjadi contoh generasi muda Islam saat ini. Hal itu untuk mewujudkan cita-cita Indonesia jaya pada 2045. Meski medan perjuangan berbeda, namun semangat harus tetap sama.
Menurutnya, perjuangan pada 2021 adalah perjuangan mengisi kemerdekaan dengan berkarya dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Salah satu contohnya menciptakan teknologi baru untuk memudahkan aktivitas manusia, agar bangsa Indonesia tidak lagi bergantung pada asing.
Perjuangan lain yang menjadi pekerjaan rumah yang besar, menurut Gus Kikin adalah persatuan umat Islam. Pada 1937, para ulama-ulama Tanah Air berkumpul untuk mempersatukan umat Islam di seluruh pelosok negeri. Maka didirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Dalam organisasi itu diisi beberapa ormas-ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Syarikat Islam, dan lain sebagainya.
“Kekuatan inilah yang ditakuti oleh Belanda dan Jepang. Mereka memandang pengaruh ulama di Indonesia sangat kuat,” pungkas Gus Kikin.
[langit7]
Discussion about this post