SANTRI.MEDIAJABAR.COM, BUNGURSARI — Usai libur akhir semester dan libur Lebaran Idulfitri 1442 Hijriah, para santri yang sebelumnya dipulangkan ke kampung halamannya oleh pihak pesantren akan kembali lagi pesantren.
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sudah mempersiapkan diri untuk mengantisipasi adanya kasus Covid-19 dari kedatangan para santri tersebut.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra Hendriana mengatakan, sebetulnya antisipasi adanya penyebaran Covid-19 di pesantren itu sudah menjadi kebijakannya pesantren.
Pihak pesantren sudah komitmen dengan para orang tua wali santri, jika hendak masuk lagi ke pesantren harus dicek Covid-19 secara mandiri. Kemudian hasilnya diperlihatkan dan santri yang datang harus dikarantina dulu.
“Konsep-konsep itu pihak pesantren sudah pada tahu. Sejak santri datang ke pesantren di karantina dan dilihat dulu 5 hari sampai 10 hari apakah ada gejala atau tidak,” ujar Asep, Selasa, 25 Mei 2021.
Menurutnya, para orang tua wali santri juga sudah menyadari itu dan siap dengan swab antigen mandiri. Namun, permasalahannya antigen itu tidak bisa 100 persen menyingkirkan bukan Covid-19
Asep mencontoh, apa yang terjadi di pesantren Benda beberapa waktu lalu begitu santrinya dicek ternyata negatif. Namun, yang menjalani karantina 3 hari bergejala dan menular ke yang sekamar. Kemudian mereka sudah belajar sehingga menularkan lagi ke yang lain dan akhirnya membengkak jadi 300 kasus.
“Sebetulnya memang swab antigen tidak bisa menjamin. Namun, daripada tidak sama sekali, itu bisa diambil sebagai langkah pencegahan awal, karena beberapa teman-teman saya yang menangani Covid-19 di pesantren yang datang maupun mau ujian dan segala terdeteksinya dari antigen juga,” ucapnya.
“Ada teman saya yang wali santri juga bilang harus bagaimana [karena] anaknya positif. Jadi memang orang tua wali santri ini sudah peduli dan sadar,” tambah dia.
Ia menambahkan, sekarang tinggal bagaimana pihak pesantren itu konsisten terhadap apa yang harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan karena itu di luar dinas kesehatan.
“Kalau kami sudah memberikan regulasinya harus seperti ini dan itu. Nah, nanti patuh tidak pihak pesantren dan para wali santrinya,” kata dia. [*]
[AYOBANDUNG]
Discussion about this post