Kementerian Pertanian (Kementan) menjadikan pondok pesantren sebagai basis usaha di bidang pertanian atau agrobisnis modern berbasis korporasi, guna meningkatkan minat tani bagi generasi milenial. Kementan menargetkan, ke depan petani Indonesia diisi kaum milenial berahklak mulia yang dapat membawa pertanian lebih maju dan terdepan.
Kementan mencotohkan salah satu pesantren yaitu Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Di pesantren ini, santri tidak hanya diajarkan menghafal dan membaca Al-Qur’an, tetapi juga diajarkan bagaimana menjadi pengusaha di bidang pertanian dengan penggunaan teknologi pertanian paling mutakhir.
Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengunjungi Pesantren Al-Ittifaq dan menyerahkan hibah bantuan berupa benih sayuran dan mobil box berpendingin roda empat. Tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing hortikultura.
“Kementan memberikan bantuan kepada Pesantren Al-Ittifaq karena pesantren ini dinilai telah berhasil mendidik para santri menjadi orang-orang yang sholeh dan sholeha, serta menciptakan santri tani yang modern dan unggul di bidang pertanian,” ujar Anton, Kamis (18/3/2021).
Anton mengapresiasi santri-santri tani atas antusiasme mereka yang tinggi untuk bertani.
“Santri-santri di sini sangat luar biasa. Mereka bisa mengkombinasikan antara ilmu agama dan ekonomi. Lahan 1 meter persegi bisa menghasilkan Rp750 ribu per 30 hari. Kalau punya 10 meter persegi berarti rata-rata penghasilan santri mencapai Rp 7,5 juta per 10 meter perseginya,” tambahnya.
Pimpinan Pesantren Al-Ittifaq, KH. Fuad Affandi memang menjadikan pesantren asuhannya sebagai pesantren berbasis pertanian. Dia meyakini tanah di negeri ini sangat mudah ditumbuhi sayur dan buah-buahan segar.
“Malam kita berdzikir dan pagi kita bertani. Setiap tanah di negeri kita ini sangat subur. Tanam apa saja bisa tumbuh dan menghasilkan dengan cepat,” ujarnya.
Discussion about this post